Dr. Fahruddin Faiz: Sosok Filsuf Islam yang Menginspirasi Melalui Ngaji Filsafat


Dr. H. Fahruddin Faiz, S.Ag., M.Ag. adalah sosok yang memiliki peran signifikan dalam memperkenalkan filsafat Islam kepada khalayak luas, khususnya di Indonesia. Lahir di Mojokerto, Jawa Timur, pada 16 Agustus 1975, ia tumbuh dalam lingkungan yang sarat dengan tradisi pendidikan keislaman. 

Masa kecilnya dihabiskan di desa Ngrame, Kecamatan Pungging, Kabupaten Mojokerto, sebuah daerah yang sederhana namun penuh dengan nilai-nilai agama. Dari sini, minatnya terhadap ilmu pengetahuan dan filsafat mulai berkembang.

Pendidikan formalnya dimulai di sekolah-sekolah setempat, namun ia kemudian melanjutkan pendidikannya di Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) Jember. 

MAPK merupakan lembaga pendidikan yang dirancang khusus oleh Menteri Agama saat itu, Munawwir Sadzali, untuk menghasilkan generasi yang kuat dalam pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan modern. 

Sekolah ini dirancang untuk mencetak kader intelektual Islam yang mampu menjembatani antara pemikiran tradisional dan modern. 

Di sinilah Fahruddin Faiz mendapatkan landasan keilmuan yang kuat, terutama dalam pemahaman Islam yang lebih mendalam dan terbuka terhadap berbagai perspektif.

Setelah menyelesaikan pendidikannya di MAPK Jember, ia melanjutkan studi ke Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, yang kini dikenal sebagai Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga. Ia memilih jurusan Aqidah dan Filsafat Islam, yang menekankan pada studi tentang akidah, pemikiran Islam, dan filsafat sebagai landasan intelektual. 

Pada tahun 1998, ia berhasil menyelesaikan studi S1-nya dengan predikat yang memuaskan. Namun, perjalanannya dalam menuntut ilmu tidak berhenti di situ. Ia melanjutkan ke jenjang S2 di kampus yang sama dan menyelesaikannya pada tahun 2001. Tidak puas hanya dengan gelar S2, Dr. Fahruddin Faiz melanjutkan ke program doktoral (S3) dalam Studi Islam, yang berhasil ia selesaikan pada tahun 2015.

Salah satu aspek menarik dari perjalanan akademik Fahruddin Faiz adalah pengalamannya di dunia pesantren. Selama masa kuliah S1, ia "nyantri" di Pondok Pesantren Ali Maksum Krapyak Yogyakarta, sebuah pesantren yang memiliki tradisi keilmuan yang kuat. 

Pengalaman ini memberi Fahruddin Faiz wawasan yang lebih dalam tentang bagaimana ilmu keislaman tradisional diajarkan dan dikembangkan dalam komunitas pesantren. 

Di sinilah ia mulai merasakan bagaimana tradisi intelektual Islam yang kaya, dari berbagai sudut pandang, bisa dijembatani dengan filsafat modern. Pengalaman "nyantri" ini juga memberinya kemampuan untuk melihat filsafat dari perspektif yang lebih membumi, dan bukan sekadar teori yang sulit dipahami.

Setelah menyelesaikan studinya, Dr. Fahruddin Faiz memulai karier akademiknya sebagai dosen di UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Selain mengajar, ia juga pernah menjabat sebagai Wakil Dekan di Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam. 

Posisi ini memberinya tanggung jawab tidak hanya dalam hal pengajaran, tetapi juga dalam pengembangan kurikulum dan manajemen fakultas. Pengalamannya di bidang akademik dan administrasi ini semakin memperkaya pandangannya tentang bagaimana filsafat dan pemikiran Islam dapat terus berkembang dan beradaptasi dengan perubahan zaman.

Namun, yang benar-benar membuat Fahruddin Faiz dikenal luas oleh masyarakat umum adalah inisiatifnya untuk memulai "Ngaji Filsafat" di Masjid Jenderal Soedirman, Yogyakarta. 

Ngaji Filsafat dimulai pada 21 Maret 2013, sebagai upaya untuk memperkenalkan filsafat kepada khalayak yang lebih luas, terutama bagi mereka yang merasa bahwa filsafat adalah sesuatu yang rumit dan sulit untuk dipahami. 

Ide ini muncul dari pengamatan bahwa filsafat, terutama filsafat Islam, sering kali hanya dipelajari dalam lingkungan akademik, dan jarang disampaikan kepada masyarakat umum dalam bahasa yang mudah dipahami. 

Fahruddin Faiz merasa bahwa filsafat memiliki relevansi yang sangat besar dalam kehidupan sehari-hari, dan karena itu, seharusnya bisa diakses oleh siapa saja.

Ngaji Filsafat awalnya hanya diikuti oleh sekitar 10-20 orang, namun seiring waktu, popularitasnya terus meningkat. Kajian ini secara konsisten diadakan setiap Rabu malam, dan menarik ratusan peserta dari berbagai latar belakang, mulai dari mahasiswa hingga masyarakat umum. 

Lokasinya yang strategis di dekat beberapa universitas besar seperti Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), dan UIN Sunan Kalijaga membuat banyak mahasiswa tertarik untuk ikut serta. 

Menariknya, Ngaji Filsafat tidak hanya menarik minat peserta dari Yogyakarta, tetapi juga dari luar daerah, yang sengaja datang untuk mendengarkan ceramah Dr. Fahruddin Faiz secara langsung.

Keunikan dari Ngaji Filsafat ini terletak pada pendekatan yang digunakan oleh Fahruddin Faiz dalam menyampaikan materi. Ia memiliki kemampuan untuk menyederhanakan konsep-konsep filsafat yang kompleks menjadi sesuatu yang mudah dipahami. 

Gaya mengajarnya yang santai, tenang, dan tidak meledak-ledak membuat suasana kajian terasa nyaman, namun tetap sarat dengan makna. Ia sering menggunakan analogi-analogi yang dekat dengan kehidupan sehari-hari, sehingga peserta ngaji dapat dengan mudah mengaitkan konsep-konsep filsafat dengan pengalaman mereka sendiri. Misalnya, ketika menjelaskan tentang eksistensialisme, ia sering kali mengaitkannya dengan bagaimana manusia menjalani kehidupan sehari-hari, dengan segala kebingungan dan pencariannya akan makna.

Salah satu daya tarik lain dari Ngaji Filsafat adalah variasi tema yang diangkat. Tidak hanya membahas filsafat Islam, tetapi juga filsafat Barat, filsafat Timur, serta pemikiran lokal seperti filsafat Jawa. 

Pendekatan ini membuat kajian filsafat terasa inklusif, tidak terbatas hanya pada satu aliran pemikiran. Dengan demikian, peserta ngaji dapat mengenal berbagai perspektif filsafat dari berbagai tradisi, dan belajar bagaimana mereka dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sesuai dengan visi Fahruddin Faiz untuk menjadikan filsafat sebagai ilmu yang relevan dan berguna bagi semua orang, bukan hanya bagi kalangan akademisi.

Seiring dengan perkembangan teknologi, materi Ngaji Filsafat kini juga dapat diakses secara online. Melalui platform seperti YouTube, Instagram, dan Spotify, kajian ini dapat diikuti oleh siapa saja, kapan saja, dan dari mana saja. Pengurus Masjid Jenderal Soedirman secara rutin mengunggah rekaman kajian ke berbagai platform media sosial, sehingga jangkauan Ngaji Filsafat semakin luas. 

Bahkan, ada beberapa pihak yang secara sukarela membagikan rekaman kajian ini melalui kanal-kanal media sosial mereka sendiri, memperluas penyebaran materi kajian ke lebih banyak orang.

Tidak hanya itu, beberapa buku yang berisi materi dari Ngaji Filsafat juga telah diterbitkan. Buku-buku ini menjadi referensi penting bagi mereka yang ingin mempelajari filsafat dengan pendekatan yang sederhana namun mendalam. 

Publikasi ini juga menunjukkan bahwa Ngaji Filsafat bukan hanya sekadar kajian rutin, tetapi telah menjadi gerakan intelektual yang memiliki dampak luas di masyarakat.

Kesuksesan Ngaji Filsafat juga tidak terlepas dari dukungan Masjid Jenderal Soedirman yang memiliki visi untuk menjadikan masjid sebagai pusat ilmu dan intelektual umat. 

Selain Ngaji Filsafat, masjid ini juga menggelar berbagai kajian rutin lainnya, seperti kajian tasawuf, pengajian serat Jawa, dan kajian postkolonial. Ini menunjukkan bahwa masjid ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat pembelajaran dan pengembangan intelektual yang inklusif.

Dr. Fahruddin Faiz, dengan segala kontribusinya dalam mengembangkan kajian filsafat Islam, telah menjadi salah satu figur penting dalam dunia intelektual di Indonesia. 

Gaya mengajarnya yang sederhana namun mendalam, serta kemampuannya untuk menjembatani antara filsafat dan kehidupan sehari-hari, membuatnya dicintai oleh banyak orang. Ngaji Filsafat adalah salah satu bukti nyata dari dedikasinya untuk menyebarkan ilmu pengetahuan, dan ia terus menjadi inspirasi bagi banyak kalangan, terutama generasi muda yang ingin memahami dunia melalui lensa filsafat.